Langkat – Aksi demonstrasi mahasiswa selalu menjadi sorotan publik. Di satu sisi, mereka digadang-gadang sebagai agen perubahan dan penyambung lidah rakyat kecil. Namun, di sisi lain, tak sedikit yang mulai mempertanyakan: benarkah semua aksi mahasiswa hari ini murni demi kepentingan rakyat?
Dalam beberapa tahun terakhir, wajah demonstrasi mahasiswa mengalami pergeseran. Isu-isu yang diangkat memang terdengar lantang: mulai dari korupsi, krisis ekonomi, hingga kebijakan pemerintah daerah yang dianggap tidak pro-rakyat. Tapi ketika ditelusuri lebih dalam, publik sering dibuat bingung,apa hasil konkret dari semua orasi dan spanduk yang dibentangkan?
Tak sedikit yang mulai melihat aksi demo bukan lagi sebagai bentuk perjuangan kolektif, tapi justru sebagai panggung pencitraan segelintir tokoh mahasiswa yang tengah meniti karier politik. Ada pula yang mencurigai bahwa beberapa aksi telah disusupi kepentingan elite, bahkan dibiayai oleh pihak-pihak tertentu yang punya agenda pribadi.
Apakah benar semua tuntutan yang disuarakan lahir dari keresahan rakyat, atau hanya dijadikan alat tawar-menawar demi jabatan di organisasi, tiket pencalegan, atau bahkan posisi dalam proyek-proyek pemerintahan?
Kritik ini bukan untuk mendiskreditkan semangat gerakan mahasiswa, melainkan untuk mengajak kita semua,terutama mahasiswa itu sendiri,melakukan refleksi. Apakah benar yang diperjuangkan adalah hak masyarakat, atau sekadar ambisi personal yang dibungkus idealisme?
Mahasiswa adalah harapan bangsa. Namun, ketika aksi mereka kehilangan kejujuran dan keberpihakan sejati pada rakyat, maka mereka hanya akan dikenang sebagai aktivis yang ramai di jalan, tapi sunyi dalam perubahan.(TP)