Home / Hukum / Mengenal Sekolah Alam Leuser di Besitang,Kab.Langkat, Pendidikan Gratis Berbasis Konservasi

Mengenal Sekolah Alam Leuser di Besitang,Kab.Langkat, Pendidikan Gratis Berbasis Konservasi

Besitang – Kabupaten Langkat kini memiliki lembaga pendidikan unik yang menggabungkan kurikulum formal dengan pendidikan lingkungan hidup. Sekolah Alam Leuser (SAL), yang berlokasi di Dusun Kodam Bawah, Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, telah berdiri sejak tahun 2018 dan berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).(7/5/2025).

SAL merupakan sekolah formal setingkat SMP yang didirikan dengan tujuan melahirkan generasi muda yang peduli terhadap kelestarian lingkungan, khususnya anak-anak dari keluarga yang tinggal di sekitar kawasan hutan TNGL.

“Kami mengintegrasikan kurikulum nasional dengan kegiatan konservasi. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga terlibat langsung dalam aktivitas seperti penanaman pohon, monitoring pohon, survey keanekaragaman hayati, pengelolaan limbah, hingga kampanye lingkungan,” ujar Darsiamah Siahaan, Ketua Yayasan Alam Leuser, kepada awak media saat ditemui di lokasi.

Sekolah ini memberikan pendidikan secara gratis kepada para siswanya. Namun, sebagai bentuk kontribusi terhadap konservasi, setiap siswa diminta membawa satu bibit pohon setiap bulan. Lebih dari itu, partisipasi aktif juga datang dari para orang tua dan masyarakat sekitar yang rutin dilibatkan dalam pelatihan peningkatan kapasitas dan kewirausahaan, terutama pengolahan produk dari sumber daya alam sekitar.

Menurut Darsiamah, pendidikan di SAL tidak hanya bertujuan mencerdaskan anak bangsa, tapi juga membentuk agen-agen perubahan yang sadar pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. “Kami ingin membentuk pola pikir baru bahwa menjaga hutan bukan berarti menghalangi kehidupan, justru hutan adalah sumber kehidupan,” jelas perempuan asal Labuhan Batu itu.

SAL menargetkan dampak jangka panjang: menciptakan generasi yang tidak hanya memahami pentingnya pelestarian alam, tapi juga mampu menjadi penyambung pengetahuan bagi keluarga dan komunitasnya. Harapannya, semangat konservasi bisa menyebar dari rumah ke rumah dan menjadi budaya baru di masyarakat sekitar hutan.

Lebih lanjut, Darsiamah menegaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan PBB, khususnya di bidang pendidikan berkualitas, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, serta perlindungan ekosistem.

“Semakin banyak anak yang tumbuh dengan kesadaran lingkungan, semakin besar harapan kita menjaga keberlangsungan ekosistem hutan Leuser di masa depan,” pungkasnya.(ASA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *