Home / Opini / Kampung yang Dulu Diremehkan, Kini Jadi Sumber Harapan

Kampung yang Dulu Diremehkan, Kini Jadi Sumber Harapan

Wampu – Di tengah hingar-bingar modernisasi, masih ada tempat yang dipandang sebelah mata, bahkan oleh sesama warga kabupaten sendiri. Desa Bingai, di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, selama ini lebih sering menjadi bahan olok-olokan ketimbang perbincangan serius soal potensi.

Sebut saja “kampung kotor”, “tertinggal”, atau “tidak punya masa depan” label-label kejam yang menempel begitu saja tanpa dasar. Ironisnya, banyak yang menghakimi tanpa pernah menjejakkan kaki di tanahnya. Bingai dianggap tidak layak, hanya karena mereka tidak mengenalnya.

Lahir dari Tekanan, Tumbuh dengan Keberanian

Dari tanah yang katanya “tak punya harapan”, justru tumbuh anak-anak muda yang hari ini menginspirasi. Mereka bukan hanya sekadar bertahan mereka melawan.

Para pemuda dan mahasiswa asal Bingai kini aktif memimpin organisasi daerah bahkan nasional. Mereka menjadi suara perubahan di kampus, di komunitas, di tengah masyarakat. Mereka tidak hanya hadir sebagai simbol keberhasilan individu, tetapi juga sebagai perpanjangan tangan dari harapan kolektif sebuah kampung yang selama ini disudutkan oleh stigma.

“Kami bukan hanya survive. Kami survibe. Kami bertahan dalam tekanan zaman, tapi tetap membawa semangat positif, berkarya, dan berani bersuara.”

Bukan Sombong, Ini Tentang Harga Diri

Mungkin ada yang bertanya: Kenapa narasi ini harus diangkat? Kenapa seolah-olah terlalu membanggakan diri?Jawabannya sederhana: karena selama ini Bingai hanya dikenal dari sisi buruk yang terus direproduksi.

Bukan berarti kami merasa lebih baik dari yang lain. Tapi kalau bukan kami yang bersuara, siapa lagi?Kalau bukan hari ini, kapan lagi?

Membela kampung halaman bukan berarti menyombongkan diri. Ini adalah bentuk menjaga warisan. Ini adalah tentang memulihkan martabat kolektif. Ini tentang melawan narasi lama yang terus menindas, membungkam, dan mematikan semangat masyarakat kecil.

Bingai Tak Butuh Kasihan, Bingai Butuh Kesempatan

Tidak ada tempat yang sempurna. Bingai juga bukan pengecualian. Tapi satu hal yang pasti: kampung ini tidak pernah kehilangan harapan. Di sanalah, semangat gotong royong masih hidup. Nilai perjuangan masih dijunjung. Kesederhanaan tetap bermakna.

Anak-anak muda Bingai bukan produk dari sistem yang dimanjakan, mereka adalah hasil dari perjuangan panjang, dibentuk oleh keterbatasan namun dihidupi oleh keberanian.

Catatan untuk Para Penghina

Mereka yang dulu menghina kini diam. Mereka yang meremehkan, kini tertinggal. Dan hari ini, Bingai berdiri bukan di atas panggung kemewahan, tapi di atas bukti nyata.Bingai tidak butuh pujian. Bingai butuh pengakuan.Dan yang paling penting, Bingai telah membuktikan satu hal:bahwa kampung kecil pun bisa jadi besar, jika dijaga dengan cinta dan dibela dengan keberanian.(TP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *